Senin, 31 Agustus 2015

Legenda To Pada Tindo: Invasi Arung Palakka (Raja Bone) ke Toraja (Bag. I)

Unknown





Legenda perang To Pada Tindo adalah kisah tentang perlawanan orang-orang Toraja terhadap invasi Kerajaan Bone di bawah pimpinan Arung Palakka. Kerajaan Bone mengklaim kemenangan dan penaklukkan atas Toraja pada saat itu, yang dianggap sebagai penaklukkan terakhir di seluruh daerah Sulawesi bagian selatan. Tetapi tradisi lisan orang Toraja mengklaim sebaliknya, mereka-lah yang menang, Arung Palakka dipaksa mundur (dihalau) dari Toraja. 
Tulisan ini akan membahas kisah tersebut dengan berangkat dari dua sudut pandangyaitu (1) berdasarkan catatan sejarah dengan sumber utama dari tulisan Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century(Leiden: 1981); dan (2) berdasarkan tradisi lisan orang Toraja. Untuk melengkapi catatan sejarah (poin 1), saya juga menggunakan buku Roxana Waterson, Paths and Rivers: Sa’dan Toraja Society in Transformation (Leiden: KITLV Press, 2009).

Berdasarkan catatan sejarah:
  1. Arung Palakka: Dari Orang Buangan Menjadi Penakluk
Pada abad 16, Kerajaan Gowa-Tallo tumbuh menjadi sebuah kekuatan besar di Sulawesi bagian selatan. Supremasi Gowa-Tallo ditegakkan dengan ekspansi dan penyebaran Islam di kerajaan-kerajaan lain. Pada bulan Oktober 1643, Bone diserang dan ditaklukkan oleh Gowa-Tallo yang dibantu oleh Soppeng dan Wajo. Arumpone (Raja Bone) waktu itu, La Ma’daremmeng  dan saudaranya La Tenriaji Tosenrima, melarikan diri ke Larompong, Luwu’. Sejak itu, Bone menjadi bawahan (vassal / palili’) Gowa-Tallo. La Ma’daremmeng kemudian ditawan dan dibawa ke Gowa, sementara saudaranya, La Tenriaji, secara diam-diam kembali ke Bone dan menyusun kekuatan. Ketika kekuatan mereka semakin meningkat, Karaeng Gowa kembali mengirim misi penaklukkan dengan dibantu oleh Datu Soppeng, Arung Matoa Wajo dan Datu Luwu’. Bone kembali ditaklukkan dalam perang di Passempe pada 1644. Sejak itu, Gowa mengubah status Bone dari vassal menjadi hamba / budak Gowa. Bone mengalami kekosongan pemerintahan, sebagian besar keluarga kerajaan turut diangkut ke Gowa. Inilah masa dimana La Tenri Tatta Datu Mario ri Wawo alias Daeng Serang alias Arung Palakka tumbuh, yakni sebagai bangsawan Bone yang dibuang ke Gowa.
Ketika diangkut ke Gowa, Arung Palakka menjadi pelayan Tumabbicarabutta (setara Perdana Menteri atau Mangkubumi) Gowa-Tallo, Karaeng Pattinngaloang. Dalam berbagai kesempatan, ia turut menghadiri berbagai pertemuan penting di Gowa-Tallo dengan menjadi pembawa kotak sirih Karaeng Pattinngaloang. Ia mendapat perhatian khusus dari Karaeng Pattinngaloang, tidak dianggap sekedar sebagai tawanan. Ketangkasannya dalam memainkan senjata dan bermain raga (olahraga dengan menggunakan bola dari rotan, sejenis takraw)membuat dia menjadi terkenal, memiliki banyak teman dari kalangan orang Gowa, termasuk I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe alias Sultan Hasanuddin. Kelak mereka akan berhadap-hadapan: Sultan Hasanuddin sebagai Karaeng (Raja) Gowa dan Arung Palakka sebagai pemimpin orang-orang Bugis yang memberontak.
Pemberontakan Arung Palakka dimulai karena dorongan siri’ dan pesse’, merasa terhina oleh penindasan yang dilakukan atas diri orang-orang Bone. Karaeng Karunrung yang menggantikan ayahnya, Karaeng Pattinngaloang, sebagai Tumabbicarabutta memerintahkan untuk mengangkut k.l. 10.000 orang Bone untuk dijadikan pekerja paksa membangun parit (sungai) yang menjadi garis pertahanan Gowa dalam rangka mengantisipasi serangan Belanda. Pekerjaan tersebut berlaku untuk semua orang Bone, termasuk para bangsawannya. Para bangsawan yang merasa terhina tersebut, di bawah pimpinan Arung Palakka, memberontak dan melarikan diri dari Gowa untuk membangun kekuatan. Belanda memanfaatkan pemberontakan Arung Palakka dengan menjadikan Arung Palakka dan pasukan gabungannya sebagai kekuatan utama dalam perang darat dengan Sultan Hasanuddin. Perang Makassar pun berkecamuk dan berakhir dengan taklukknya Sultan Hasanuddin. Perjanjian Bongaya ditandatangani. Dominasi Gowa-Tallo berakhir sudah. Arung Palakka dan Kerajaan Bone, yang disokong oleh Belanda, tumbuh menjadi supremasi baru. Arung Palakka memiliki ambisi untuk mempersatukan semua wilayah-wilayah di Sulawesi bagian selatan di bawah kekuasaannya. Karena itulah, setelah Perang Makassar, Arung Palakka melancarkan politik aliansi dan sejumlah ekspansi ke kerajaan-kerajaan lainnya. Menjelang akhir abad 17, hampir semua daerah sudah berada di bawah dominasi Bone melalui jalur pernikahan dan perang, kecuali Toraja.

halaman:   1   2







3 komentar:

  1. https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/keliru-kebiasaan-makan-buah-seperti-ini.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/kasihan-pada-orang-tua-bocah-pengidap.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/waspada-5-makanan-ini-justru-bikin.html

    Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus
  2. Sebuah perjalanan sejarah yang mengharj bisu dari seorang Aru palakka yg tertindas, tak mau dijajah dan dia memberontak

    BalasHapus
  3. Bagaimana dengan versi ke-2? Kenapa belum dimunculkan?

    BalasHapus

postingan populer :